Tuesday, May 12, 2020

Pendapatan Apple Naik Saat Pendemi Covid-19

PT KONTAK PERKASA FUTURES - Belum lama ini Apple melaporkan pendapatan kuartalnya. Ketika banyak perusahaan dilanda pendapatan menurun di tengah pandemi Covid-19, Apple justru sebaliknya.
Diwartkan The Verge dari Merdeka.com, Senin (11/5/2020), Apple justru mencetak rekor untuk layanan dan aksesoris besutannya.
"Terlepas dari dampak Covid-19 yang belum pernah terjadi sebelumnya, kami bangga melaporkan bahwa Apple tumbuh untuk kuartal ini, didorong oleh rekor sepanjang masa dari layanan dan rekor kuartal untuk wearables," tulis CEO Apple Tim Cook dalam laporannya.
Apple sendiri membukukan pendapatan USD 58,3 miliar atau sekitar Rp 863,6 triliun dengan kenaikan 1 persen dari tahun lalu.
Apple yang sebelumnya telah membuat prediksi kepada investor kalau kuartal kedua mereka tidak akan mencapai target, justru mendapatkan kenaikan penjualan 23 persen di aksesorisnya, seperti AirPods dan juga Apple Watch.
Dengan sebagian besar penjualan perangkatnya yang menurun, Apple menaruh harapan besar di layanan besutannya. Antara lain mencakup Apple TV Plus, Apple Arcade, Apple Music, dan masih banyak lagi.
Hal ini ternyata menjadi titik terang untuk kuartal ini, karena hampir semua orang menghabiskan waktu di dalam rumah dan membutuhkan hiburan tambahan.
Walhasil, rekor pendapatan dari sektor layanan Apple tercapai, dengan pemasukan USD 13,3 miliar atau sekitar Rp 197 triliun.
Tahun lalu, pencapaiannya hanya berkisar USD 11 miliar atau Rp 163 triliun.
Sebagai informasi, Apple sendiri tidak terhalang oleh pandemi untuk merilis produk baru. Mulai MacBook Air, iPad Pro, iPhone SE, dan yang terbaru MacBook Pro.

Tak cuma itu, akan ada layanan dan pembaruan layanan dari Apple yang akan diumumkan pada WWDC virtual Juni mendatang.

Reporter: Indra Cahya

Sumber: Merdeka.com

Monday, May 11, 2020

Sri Mulyani Diminta Tak Tunda Transfer DAU ke Pemerintah Daerah

PT KONTAK PERKASA  Anggota Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Heri Gunawan meminta kepada Kementerian Keuangan tidak menunda transfer dana alokasi umum (DAU) ke 380 pemerintah daerah (Pemda). Sebab, penundaan alokasi tersebut akan menghambat program-program yang telah disusun sekaligus mengganggu kinerja keuangan daerah.
"Apalagi bila sampai tidak bisa disalurkan, tentu ini dapat mengganggu kinerja keuangan di daerah. Program-program yang telah disusun bisa saja terbengkalai bahkan mangkrak sama sekali,” kata dia di Jakarta, Senin (11/5/2020).
Seperti diketahui sebelumnya, Menteri Keuangan telah mengeluarkan PMK No.35/PMK.07/2020 yang ingin menunda penyaluran sebagian DAU dan DBH bagi Pemda yang tidak memenuhi ketentuan Laporan APBD TA 2020.
Pemda yang telah menyampaikan Laporan APBD, namun belum sesuai ketentuan SKB Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan serta PMK No.35/2020, juga mendapat penundaan DAU. Penundaan ini bersifat sementara sampai Pemda menyerahkan laporan penyesuaian APBD-nya.
"Kalau sampai 10 hari sebelum berakhirnya tahun anggaran 2020 laporan belum diserahkan, DAU atau DBH itu tidak bisa disalurkan lagi ke Pemda bersangkutan," kata Heri.
Oleh karena itu, Heri meminta agar Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) bekerja cepat melakukan penyesuaian dan segera melaporkannya ke pusat supaya ada jaminan program-program di daerah bisa tetap berjalan.
Di sisi lain, Heri juga mempertanyakan kebijakan penundaan tersebut. Menurutnya di masa pandemi Covid-19 seharusnya Kementerian Keuangan tidak mempersulit DAU untuk 380 Pemda, karena Pemda pun juga butuh dana untuk menanggulangi dampak Covid19. "Tentunya Pemda tidak bisa seleluasa pemerintah pusat dalam menggali sumber-sumber pendanaan," katanya.
Di mengatakan, banyak daerah yang terpaksa ditunda penyaluran DAU-nya sebesar 35 persen dari total DAU atau DBH setiap bulannya, mulai Mei, walaupun beberapa pemda sudah memenuhi persyaratan minimal 50 persen yang disesuaikan jumlah belanjannya.
Dari 380 kabupaten atau kota itu, ada 18 propinsi di dalamnya. Dan dari kegiatan refocusing dan realokasi APBD tersebut terkumpul anggaran sebesar Rp63,88 triliun.
Berdasarkan ketentuan Keputusan Menteri Keuangan ini, pemda harus sesegera mungkin menyerahkan laporan penyesuaian APBD-nya. Ini penting agar kebutuhan anggaran di daerah tidak terhambat. Apalagi dalam pandemi Covid-19 ini banyak penyesuaian-penyesuaian yang harus dilakukan.
"Pemerintah Pusat bisa menerbitkan Perppu dan Perpres sebagai dasar hukum untuk mencari sumber-sumber pendanaan dan penyesuaian APBN. Dalam hal ini pemerintah pusat diuntungkan karena kekuatan politik ‘mayoritas’ mendukung pemerintah. Sementara Pemda harus berbicara kepada DPRD untuk melakukan penyesuaian APBD. Tidak semua Pemda memiliki dukungan mayoritas di DPRD, terlebih dalam rangka menghadapi Pemilukada. Butuh lobi politik yang tidak mudah," papar legislator dapil Jabar IV ini.
Untuk itu, Kementerian Keuangan juga diminta memahami kondisi di daerah. Artinya tidak boleh memaksakan kehendaknya secara rigid. "Segera cairkan DAU untuk semua pemda, terutama Pemda yg sudah menyelesaikan laporan di atas 50 persen. Intinya, sudah ada iktikad baik dari Pemda, namun memang membutuhkan waktu dalam prosesnya. Ini yang harus dipahami oleh Menkeu. Jika pemerintah saja ingin dipahami DPR untuk menyetujui Perppu No.1/2020, maka mestinya pemerintah pusat juga harus memahami Pemda," tegasnya.
Dwi Aditya Putra
Merdeka.com

BACA JUGA : 

AWAL PEKAN, RUPIAH MENGUAT KE 14.912 PER DOLAR AS

Friday, May 8, 2020

Ekonomi Inggris Menuju Kondisi Terburuk dalam 300 Tahun

KONTAK PERKASA FUTURES - Bank of England memprediksi ekonomi Inggris sedang menuju kehancuran terburuk dalam lebih dari 300 tahun akibat Virus Corona. Prediksinya ekonomi negeri Ratu Elizabeth ini bisa menyusut 14 persen pada tahun ini.
Itu akan menjadi kontraksi tahunan terbesar sejak 1706 yang tercatat sebesar penurunan 15 persen, berdasarkan estimasi terbaik data historis.
Gubernur Bank of England, Andrew Bailey mengaku akan melakukan berbagai langkah yang diperlukan untuk mendukung ekonomi negaranya saat ancaman virus corona berevolusi. Namun berhenti mengumumkan langkah-langkah stimulus baru.
Melansir laman CNN, Jumat (8/5/2020), dalam laporan yang meneliti dampak pandemi, Bank of England menyebutkan jika PDB akan terkontraksi sebesar 3 persen pada kuartal pertama tahun ini. Kemudian susut 25 persen pada kuartal kedua, mendorong perekonomian anjlok sekitar 30 persen dibandingkan akhir 2019. Pengangguran diprediksi meningkat menjadi 9 persen.
Bank sentral mengharapkan pemulihan ekonomi yang cepat pada tahun 2021, tetapi dikatakan semua itu bergantung pada langkah pembukana jaga jarak secara bertahap, dan kucuran stimulus moneter serta fiskal  yang sangat signifikan. Kemudian tergantung pada evolusi pandemi, dan bagaimana pemerintah, rumah tangga dan bisnis merespons.
Sementara Ekonom di Commerzbank mengatakan dari prediksi mereka ekonomi akan lebih buruk dengan kondisi pelambatan. Berkaca pada pengalaman sejarah menunjukkan akan banyak output hilang  yang lebih permanen, dan pengangguran yang lebih persisten.
"Kondisi saat ini belum pernah terjadi sebelumnya dalam kehidupan kita dan semua peramal berjuang untuk melihat di mana ekonomi berada sekarang, tidak peduli apa yang terjadi di masa depan. Tetapi jelas bahwa beberapa bulan ke depan akan menghasilkan beberapa output kejatuhan terbesar jatuh dan mencetak rekor, " kata ekonom Commerzbank Peter Dixon.
Inggris memiliki lebih dari 200.000 kasus virus corona yang dikonfirmasi, dan lebih dari 30.000 orang telah meninggal akibat penyakit ini.
Di tengah kondisi ini, ada spekulasi yang tersebar luas bahwa pemerintah sedang bersiap-siap untuk meringankan pembatasan sosial yang berlaku sejak akhir Maret. Meski kemudian wakil pemerintah mengatakan belum ada keputusan diambil.
"Kami belum membuat keputusan akhir tentang masalah ini," kata Sekretaris Irlandia Utara, Brandon Lewis kepada BBC.
Dia meminta warganya untuk tidak terlalu mengambil hati dengan apa yang dibaca. "Beberapa negara Eropa telah mengambil langkah tentatif untuk membuka kembali perekonomian mereka karena kawasan itu berada pada kondisi yang para pejabat UE gambarkan sebagai kejutan ekonomi terburuk sejak Depresi Hebat," jelas dia.
Komisi Eropa memperingatkan ekonomi Uni Eropa akan menyusut mencapai rekor 7,5 persen pada tahun ini,. Penurunan bisa lebih jauh di 19 negara yang menggunakan euro.
Bank of England telah mengambil beberapa langkah untuk mengatasi goncangan ekonomi yang disebabkan lockdown  selama berminggu-minggu.
Seperti memangkas suku bunga ke rekor terendah di bulan Maret dan meluncurkan program pembelian obligasi senilai £ 200 miliar (USD 248 miliar).
Pemerintah Inggris telah meluncurkan paket penyelamatan yang mencakup keringanan pajak untuk bisnis dengan total £ 30 miliar (USD 37 miliar) dan pinjaman tanpa bunga hingga 12 bulan. Pemerintah juga membayar gaji lebih dari 6 juta pekerja untuk periode tiga bulan.
BACA JUGA : 

LOCKDOWN DIPERLONGGAR, RUPIAH MENGUAT KEMBALI KE LEVEL 14.931 PER DOLAR AS

Wednesday, May 6, 2020

Prancis Tuduh Apple Tolak Permintaan Bantuan terkait Aplikasi Pelacakan Covid-19

PT KONTAK PERKASA FUTURES - Prancis menuduh Apple tidak mendukung upaya menangani Covid-19karena menolak membantu membuat iPhone lebih kompatibel dengan aplikasi pelacakan kontak "StopCovid".
"Apple seharusnya bisa membantu kami membuat aplikasi ini bekerja lebih baik di iPhone. Mereka tidak ingin melakukannya," kata Menteri untuk Teknologi Digital, Cédric O kepada BFM Business TV sebagaimana dikutip dari Reuters, Rabu (7/5/2020).
Aplikasi pelacakan kontak Covid-19 bekerja dengan memanfaatkan Bluetooth yang memungkinkan ponsel untuk berinteraksi dengan perangkat di sekitarnya. Hal ini dinilai dapat membantu melakukan deteksi ketika pengguna melakukan kontak dengan orang-orang yang berpotensi membawa virus.
"Saya menyesali ini, mengingat kita ada di situasi di mana setiap orang bergerak untuk memerangi epidemi [Covid-19], dan mengingat sebuah perusahaan besar yang secara ekonomi dapat melakukan ini dengan baik, tidak membantu pemerintah," kata Cedric.
Pemerintah Prancis meminta Apple mengubah pengaturan agar aplikasi itu dapat mengakses Bluetooth di latar belakang, sehingga selalu aktif. Namun, Apple disebut telah menolak permintaan tersebut.
Aplikasi pelacakan Covid-19 menjadi salah satu upaya untuk menekan angka penyebaran Covid-19.
Beberapa negara telah memberlakukan kebijakan ini, termasuk Indonesia yang merilis aplikasi bernama PeduliLindungi. Namun, pemasangan aplikasi ini bagi masyarakat masih sebatas imbauan saja.
India menerapkan kebijakan serupa yang bersifat wajib. Kementerian Dalam Negeri India mewajibkan semua pekerja, baik publik atau swasta, menggunakan aplikasi bernama Aarogya Setu terhitung mulai 4 Mei.
Sanksi

Mengutip Engadget, Senin (4/5/2020), pejabat kementerian menyebut pemimpin perusahaan dan pemerintah akan bertanggung jawab untuk menegakkan peraturan ini dan akan ada sanksi bagi mereka yang tidak menjalankan kewajiban ini.
Aplikasi pelacakan itu telah diunduh sebanyak 80 juta kali dan tujuan utamanya untuk menjangkau setiap pengguna smartphone di negara tersebut demi menekan angka penyebaran Covid-19.
(Why/Isk)

BACA JUGA : 

KETAHUI TINGKAT KESEHATAN JIWA DENGAN 5 INDIKASI INI

Tuesday, May 5, 2020

Indonesia Termasuk Negara dengan Pertumbuhan Ekonomi Tertinggi di Tengah Pandemi

PT KONTAK PERKASA - Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan-I 2020 tercatat 2,97 persen. Angka ini memang lebih rendah dari perkiraan Bank Indonesia yang memprediksi akan tumbuh di angka 4,4 persen.
Meski begitu angka 2,97 persen ini dianggap lebih baik dibandingkan dengan negara-negara lain yang juga berhadapan dengan penyebaran virus corona sejak awal tahun 2020.
"Kita harus melihat, 2,97 persen ini angka yang patut disyukuri dibandingkan negara lain, tapi ini bukan untuk excuse," kat Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo di Gedung Bank Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu (6/5).
Perry menjelaskan beberapa negara di dunia mengalami resesi ekonomi akibat Covid-19. China misalnya, sebagai negara asal virus ini pertumbuhan ekonomi negeri tirai bambu ini anjlok.
Pada triwulan-IV tahun 2019 pertumbuhan ekonomi di China sebesar 6 persen. Lalu pada triwulan I 2020 anjlok menjadi -6,8 persen.
"Ini di Tiongkok, dari positif jadi negatif," kata Perry.
Hal yang sama juga dialami oleh Eropa. Sebelum Covid-19 melanda Eropa, pertumbuhan ekonominya 1 persen. Setelah terdampak Covid-19, pertumbuhan ekonomi Eropa pada triwulan-I 2020 menjadi -3,3 persen.
Begitu juga dengan Singapura. Semula pertumbuhan ekonomi pada triwulan-IV 2019 sebesar 1 persen. Namun pada triwulan-I merosot menjadi - 2,3 persen.
Pertumbuhan ekonomi Negeri Paman Sam ini pada triwulan-IV 2019 sebesar 2,3 persen. Lalu pada triwulan-I 2020 turun menjadi 0,3 persen.
Korea Selatan juga mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi. Pada triwulan-IV 2019 tercatat pertumbuhan ekonomi sebesar 2,3 persen. Lalu turun menjadi 1,3 persen pada triwulan-I 2020.
Dari data tersebut Perry menyimpulkan Indonesia menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di tengah pandemi Covid-19. Sebab, pertumbuhan ekonomi triwulan-I 2020 di Vietnam sebesar 3,28 persen.
"Kalau dibandingkan negara lain angka 2,97 persen, alhamdulillah jauh lebih baik dari negara yang negatif atau positif yang lebih rendah," papar Perry.
Merdeka.com

BACA JUGA : 

GENJOT EKONOMI, BI BERIKAN STIMULUS KE PERBANKAN RP 503,8 TRILIUN

Menunggu Angka Pertumbuhan Ekonomi, Rupiah Melemah ke 15.115 per Dolar AS

PT KONTAK PERKASA FUTURES  - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan Selasa ini. Namun potensi penguatan masih terbuka lebar.
Mengutip Bloomberg, Selasa (5/5/2020), rupiah dibuka di angka 15.115 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 15.100 per dolar AS. Menjelang siang, rupiah menguat ke 15.071 per dolar AS.
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 15.071 per dolar AS hingga 15.137 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 8,69 per dolar AS.
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 15.104 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 15.073 per dolar AS.
Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank pada Selasa bergerak menguat jelang pengumuman data Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal I 2020.
Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan, sentimen positif kelihatannya kembali lagi ke pasar keuangan pagi ini mengikuti penguatan indeks saham AS semalam dan penguatan harga minyak mentah.
"Sentimen positif datang dari rencana pelonggaran lockdown di AS karena melandainya kasus positif Corona, meski ada kekhawatiran pembukaan lockdown akan menyebabkan gelombang kedua wabah Corona Covid-19," ujar Ariston dikutip dari Antara.
Penguatan harga minyak mentah, lanjut Ariston, juga mengindikasikan pasar mulai melihat potensi pemulihan ekonomi dalam waktu dekat.
Dari dalam negeri, pasar akan menantikan data pertumbuhan ekonomi yang diprediksi pasar tumbuh 4,04 persen (yoy).
"Bila data dirilis lebih tinggi dari ekspektasi, ini bisa menjadi dukungan untuk penguatan rupiah hari ini," kata Ariston.
Ariston memperkirakan rupiah hari ini akan berpotensi menguat menuju ke arah 14.800 per dolar AS dengan level resisten di kisaran 15.150 per dolar AS.

Monday, May 4, 2020

AS-China Memanas Lagi, Rupiah Tertekan Dekati 15 Ribu per Dolar AS

KONTAK PERKASA FUTURES  - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tertekan pada perdagangan awal pekan ini. Rupiah bergerak melemah mendekati 15.000 setelah sebelumnya menguat ke 14.881 per dolar AS.
Mengutip Bloomberg, Senin (4/5/2020), rupiah dibuka di angka 14.960 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.881 per dolar AS. Menjelang siang, rupiah terus bergerak melemah ke 14.995 per dolar AS.
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.960 per dolar AS hingga 14.997 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 8,14 persen.
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 15.073 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan di akhir April yang ada di angka 15.157 per dolar AS.
Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan, sentimen negatif kelihatannya membayangi pergerakan pasar keuangan hari ini.
"Pasar khawatir dengan pelonggaran karantina wilayah di beberapa negara akan menimbulkan kasus Corona gelombang kedua," ujar Ariston dikutip dari Antara, Senin (4/5/2020).
Selain itu, pasar juga mengkhawatirkan ketegangan hubungan antara AS dan China belakangan ini, karena provokasi AS akan memicu perang dagang lagi antar kedua negara.
Pasar juga mengantisipasi buruknya data-data ekonomi di AS dan di negara-negara pandemi lainnya yang akan dirilis pekan ini, seperti data tenaga kerja, data indeks aktivitas sektor jasa dan manufaktur, neraca perdagangan, dan data lainnya.
"Rupiah mungkin bisa melemah mengikuti sentimen negatif tersebut," kata Ariston.
Ariston memperkirakan rupiah hari ini akan berpotensi tertekan menuju level Rp15.000 per dolar AS dan level dukungan di Rp14.800 per dolar AS.
Pada akhir pekan lalu (30/4), rupiah ditutup menguat signifikan 413 poin atau 2,7 persen menjadi Rp14.882 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.295 per dolar AS.

BACA JUGA : 

INI ALASAN PEMERINTAH TAK KUNJUNG TURUNKAN HARGA BBM