Monday, September 30, 2019

Pelajar Mulai Padati Stasiun Karet Siap Demo ke DPR

KONTAK PERKASA FUTURES - Sesuai dengan namanya, Ayotaaruf.com mengusung konsep taaruf sesuai syariat Islam untuk mempertemukan para pencari jodoh yang siap menikah.
Founder Ayotaaruf.com Lindu Cipta mengatakan sejak awal diluncurkan pada 27 Agustus 2019 sampai sekarang, sudah ada ribuan orang yang mendaftar.
Melihat antusiasme para member untuk bergabung, Ayotaaruf.com harus bekerja keras. Pasalnya, tidak mudah mempertemukan para member dengan calon yang sesuai keinginan.
Kendati demikian, Lindu optimistis platform buatannya akan menghasilkan banyak pasangan halal.
"Ada sekitar 25 pertanyaan yang harus dijawab dan diselesaikan oleh para pendaftar. Pertanyaan ini berkaitan dengan kriteria dan kepribadian pendaftar. Jika sudah selesai, pendaftar bisa langsung bergabung dan terdata dalam situs kami," ujar Lindu dalam pernyataannya, Senin (30/9/2019).
Pertanyaan yang diajukan, ia melanjutkan, benar-benar menyaring para member untuk menemukan pasangan hidup sejati.
Tidak ada pertanyaan yang sulit, sebab semuanya berdasarkan pada realitas yang ada. Lindu menuturkan hanya menekankan para pendaftar haruslah benar-benar serius.
"Pasalnya, situs ini menjadi wadah bagi banyak member yang sulit menemukan pasangan hidup. Harapannya ke depan tentu bisa mempertemukan para member dengan pasangannya," ucap Lindu menambahkan.
Untuk diketahui, Lindu Cipta merupakan founder aplikasi Ayopoligami yang sempat menuai kontroversial. Aplikasi tersebut saat ini sudah tutup.
Meskipun baru saja beroperasi, Ayotaaruf.com ternyata serius menjalankan konsep taaruf sesuai syariat. Dari awal pendaftaran, para member sudah diperingatkan dengan berbagai kebijakan.
Hal ini guna menghindari penyalahgunaan data dan penipuan yang mungkin terjadi. Lindu sendiri tidak ingin para member mengirimkan konten negatif ke sesama member.
Dari laman ketentuan dan persyaratan di situs Ayotaaruf.com, para pendaftar diajak memahami aturan yang berlaku.
Ayotaaruf.com juga menyediakan forum yang bisa digunakan oleh para member. Di sini, member bisa berbagi cerita dalam koridor pengawasan pengelola situs.
Situs ini tidak terafiliasi dengan situs dating mana pun, di mana dijadikan sebagai sebuah media perkenalan sesuai syariat.
Dalam beberapa waktu ke depan, Ayotaaruf.com akan merilis aplikasi berbasis smartphonese hingga para member tidak perlu repot membuka situs dari browser.
(Isk/Ysl)

Thursday, September 26, 2019

Bahaya, Dua Aplikasi Beauty Camera di Android Disusupi Adware

KONTAK PERKASA FUTURES  - Google telah menghapus dua aplikasi Android cukup terkemuka yang sudah diunduh lebih dari 1,5 juta kali di perangkat pengguna.
Alasan Google menghapus keduanya karena aplikasi tersebut ternyata berupaya untuk mendapatkan uang secara ilegal dengan malware iklan alias adware. 
Rupanya, aplikasi itu menjalankan iklan pop-up yang diam-diam menarik uang pengguna, tiap kali ada pengguna yang mengklik iklan.
Dengan praktik iklan curang ini, si aplikasi berbahaya bisa mengambil beberapa sumber dayasmartphone dan menguras baterai perangkat.
Kecurangan ini diketahui oleh perusahaan keamanan Wandera. Mengutip laman Phone Arena, Minggu (22/9/2019), kedua aplikasi yang dimaksud adalah Sun Pro Beauty Camera yang telah diunduh 1 juta kali serta Funny Sweet Beauty Selfie yang sudah diunduh 500 ribu kali.
Karena dianggap membahayakan, kedua aplikasi sudah dihapus dari Google Playstore. Namun, jika ada pengguna yang masih memasang aplikasi ini di perangkatnya, Google menyarankan untuk menghentikan pemasangan atau uninstall.
Seperti aplikasi jahat lainnya, ketika pengguna telah menginstal sekali, ikon mungkin menghilang dari app drawer seiring dengan munculnya pintasan aplikasi. Meskipun pintasan aplikasi sudah dihapus, aplikasi tetap mem-push iklan di background.
Sekali aplikasi berbahaya dipasang, Sun Pro Beauty Camera bekerja keras menutup layar dengan iklan, bahkan jika aplikasi tidak dibuka.
Sementara, Funny Sweet Beauty Selfie Camera juga menayangkan iklan layar penuh, namun hanya setelah foto yang di-edit diunduh menggunakan aplikasi.
Sebenarnya, pengguna Android telah memberikan peringatan dini di kolom komentar unduhan aplikasi di Google Playstore.
Salah satu ulasan pengguna menyebut, "Sampah. Tolong jangan mengunduh aplikasi ini. Aplikasi ini hanya berisi iklan, tidak ada hal lain."
Sementara, komentar lainnya menyebutkan, "iklan terus bermunculan."
Selanjutnya, komentar ketiga menyatakan, "saya tidak dapat menemukan sesuatu yang berguna selain iklan."
Oleh karenanya, jika pengguna melihat aplikasi dengan ulasan yang seperti di atas, hal pertama yang perlu dilakukan pengguna adalah tidak menginstalnya.
Wandera telah melaporkan kedua aplikasi Beauty Camera berbahaya itu kepada Google, 11 September lalu. Keduanya pun dihapus dari toko aplikasi Google segera setelahnya.
"Adware biasanya dipandang sebagai gangguan bagi pengguna. Selain itu, adware padasmartphone juga bisa membunuh produktivitas dan mengarah ke dampak yang lebih serius bagi bisnis," kata Wandera.http://kontak-perkasaf.com/profil-perusahaan/
Wandera juga memperingatkan, aplikasi dengan adware bisa merusak perangkat, menguras baterai perangkat dan dalam beberapa kasus perangkat terinfeksi tak bisa lagi dipakai dengan normal.
"Adware memungkinkan pembuatnya menghasilkan uang dari perangkat yang terdampak. Meski biasanya adware hanya dianggap sebagai gangguan ketimbang ancaman parah," kata Wandera.
(Tin/Isk)

Edukasi Soal Blockchain Masih Minim di Indonesia

KONTAK PERKASA FUTURES - Liputan6.com, Jakarta - Teknologi blockchain dan crypto asset (cryptocurrency) marak dibicarakan lima tahun belakangan ini. Namun, edukasi tentang teknologi tersebut masih minim di Indonesia.
Cryptocurrency asli karya anak bangsa, Royal Token, hadir menjadi bagian dari ekosistemblockchain di Tanah Air dalam bidang edukasi yang akan membantu mencerdaskan generasi milenial untuk menghadapi persaingan global.
CEO Royal Token Tri Ratna Fauziah mengatakan dengan strategi edukasi, crypto asset akan lebih mudah dipahami oleh masyarakat luas.
"Royal Token hadir dengan tujuan edukasi dan membangun komunitas di dunia blockchain, dan crypto asset (cryptocurrency) sendiri masih tergolong asing di indonesia," ujar Ratna dalam keterangannya, Kamis (26/9/2019).
Ia berharap dengan hadirnya Royal Token dan ekosistemnya akan menambah minat masyarakat luas untuk belajar dengan mudah dan mencerdaskan generasi yang akan datang, untuk menyambut persaingan global dan dunia digital yang tak bisa terhindarkan.
Royal Token memilih jalur edukasi sebagai media membangun komunitas serta mengembangkan platform aplikasi pintar media sosial berbasis blockchain, untuk sarana edukasi dan berbagi informasi kepada para anggota komunitas blockchain, terutama di indonesia.
Untuk menjamin transparansi, Royal Token diciptakan menggunakan jaringan berbasis Blockchain Ethereum Network ERC20, dengan total supply terbatas sebanyak empat juta token (4.000.0000 RYL).
Juga menggunakan kode tiker RYL dan pada Program ICO akan di distribusikan sebanyak dua juta token (2.000.000 RYL). Sisa token dari program ICO akan dihanguskan (burn).
"Kami membuka peluang bagi para member dan investor untuk berpartisipasi dalam program Initial Coin Offering (ICO) yang akan diselanggarakan pada tahap pertama, mulai tanggal 1 Oktober sampai 1 november 2019," Ucap Ratna.
Sementara tahap kedua mulai 2 November sampai 15 Desember 2019. Untuk berpartisipasi dalam program ICO Royal Token, pengguna wajib mengisi formulir KYC (Know Your Customer).
Setelah melewati masa ICO. Royal Token direncanakan akan Listing di tiga exchangerternama di dunia.
Ratna melanjutkan, tim pengembangnya akan terus mengembangkan aplikasi media sosial berbasis blockchain, e-learning, dan melakukan sosialisasi kepada para mahasiswa, pelajar serta masyarakat di penjuru nusantara dengan metode jemput bola.
"Kami akan hadir ke sekolah, kampus, dan mengadakan even forum komunitas di berbagai daerah di indonesia," katanya.
Indonesia akan lebih maju jika generasi muda milenial cerdas dan kreatif dalam menghadapi persaingan di dunia digital dan ekonomi global.
(Isk/Ysl)

Wednesday, September 25, 2019

Berusia 89 Tahun, Nenek Asal Tokyo Ini Masih Gemar Main Gim

KONTAK PERKASA FUTURES  - Main gim, entah itu di perangkat smartphone, konsol, atau PC selalu diidentikkan dengan gamer yang berusia muda.
Namun, nyatanya bermain gim dapat dinikmati oleh siapa pun, baik usia muda atau tua.
Ambil contoh kakek di Taiwan, Chen San-yuan, yang getol bermain Pokemon Go di usia ke-70 tahunnya.
Secara mengejutkan, banyak pria dan wanita lanjut usia yang memiliki hobi bermain gim. Salah satunya adalah Hamako Mori.
Berusia 89 tahun, nenek yang berdomisili di Tokyo ini ternyata sudah bermain gim selama hampir empat dekade, sebagaimana dilansir GameSpark, Rabu (25/9/2019).
Ia mengatakan, konsol gim pertama yang dimainkan adalah Cassette Vision, konsol gim yang diluncurkan pada 1981.
Setelah itu, ia memilih bermain gim The Legend of Zelda dan Dragon Quest di konsol Famicom (NES, Nintendo Entertainment System)
Beberapa tahun terakhir ini, Mori rutin meng-upload video dirinya sedang bermain gim ke kanal YouTube miliknya, yakni Gamer Grandma.
Saat menulis artikel ini, kanal YouTube Gamer Grandma sudah mencapai 29,5 ribu subscriber
Apa yang membuat Mori tetap bermain gim hingga umurnya sekarang? "Jika main gim, kamu tidak akan mendapatkan demensia," kata Mori.
Meskipun dia mungkin tidak berbicara secara harfiah, mungkin ada beberapa manfaat yang didapat saat bermain gim.
Bermain gim, khusus genre RPG (role playing game) seperti Skyrim diyakini dapat meregangkan otot dan mental pemainnya.
"Grafik gim saat ini benar-benar luar biasa," kata Mori. "Saya sungguh bersyukur bisa punya umur panjang hingga saat ini."
"Seiring bertambahnya usia, saya merekomendasikan gim single player ketimbang multiplayer," ucapnya.
"Tidak bisa dihindari, bermain gim multiplayer online bersama gamer yang lebih mudah dapat memperlambat mereka. Tapi, dengan semakin banyak jumlah pemain berumur lanjut usia, akan ada server khusus."
(Ysl/Why)

Tuesday, September 24, 2019

Misi Grab Bawa Kebaikan untuk Asia Tenggara Lewat Teknologi

PT KONTAK PERKASA  - Grab baru saja mengumumkan program kontribusi sosialnya untuk wilayah Asia Tenggara. Dalam program yang diberi nama 'Grab for Good' ini, startup asal Malaysia itu memanfaatkan teknologi beserta nilai tambahnya untuk meningkatkan kehidupan masyarakat.
"Seiring perkembangan perusahaan, kami merasa memiliki tanggung jawab untuk melayani masyarakat yang mendorong bisnis Grab," tutur CEO & co-founder Grab, Anthony Tan, saat berbicara di Jakarta, Selasa (24/9/2019).
Menurut Anthony, Grab percaya teknologi dapat menjadi kekuatan yang mendorong kebaikan. Karenanya, teknologi menjadi faktor krusial bagi Grab menyediakan kesempatan bagi lebih banyak orang meningkatkan kehidupannya.
"Kami ingin memastikan dalam era ekonomi digital ini, semua orang ikut serta, tidak sebagian saja," tuturnya. Grab juga merasa pengetahuan termasuk kemampuan tentang dunia digital dan teknologi seharusnya tidak terbatas pada pihak tertentu saja..
Tidak hanya itu, Grab turut menaruh perhatian pada penyandang disabilitas. Anthony menuturkan, Grab tidak ingin di dunia yang serba terkoneksi ini, ada orang-orang yang merasa terpinggirkan dan tidak dapat berkontribusi karena keterbatasannya.
Untuk itu, Grab mengumumkan program sosial 'Grab for Good' sebagai bentuk kontribusi sosial ke masyarakat Asia Tenggara. Program ini, Anthony mengatakan, fokus pada dua hal penting, yakni akses ekonomi ditambah kesetaraan dan akses digital.
Adapun akses ekonomi yang dimaksud adalah Grab membuka kesempatan bagi banyak orang untuk mengembangkan bisnis sekaligus meningkatkan taraf hidupnya.
Salah satunya adalah pelaku bisnis kecil dan menengah yang diharapkan dapat memperoleh akses permodalan sambil memperbesar bisnisnya. Selain itu, akses ekonomi yang diberikan Grab juga dapat menjangkau penyandang disabilitas sehingga mereka dapat memperoleh penghasilan.
Sementara untuk kesetaraan dan akses digital, Grab menginginkan agar tidak ada orang yang tertinggal di tengah perkembangan ekonomi digital saat ini. Karenanya, Grab berkolaborasi dengan Microsoft untuk memberikan pelatihan dan literasi digital. 
Anthony pun mengatakan bahwa program ini merupakan langkah awal bagi Grab untuk melakukan hal serupa di masa depan. Menurut Anthony, Grab for Good merupakan program jangka panjang yang dibangun secara terukur dan kolaborasi bersama pihak lain.
"Kami melakukan ini karena percaya kesempatan yang diberikan ekonomi digital termasuk keuntungan dari akses teknologi begitu sayang dilewatkan, dan terlalu kaya apabila diabaikan," tuturnya.
Lebih lanjut pria asal Malaysia itu menuturkan bahwa program ini tidak sekadar slogan, melainkan hal yang memang sudah dilakukan Grab sejak dulu.
"Dulu kami ingin menyediakan layanan taksi yang lebih aman. Sekarang, kami telah memperdayakan lebih dari 9 juta micro-entrepreneur di platform Grab dan memberikan kesempatan pendapatan lebih baik baik bagi mereka," tutur Anthony.
(Dam/Ysl)

Monday, September 23, 2019

Kebocoran Data Gara-Gara Mantan Staf Perusahaan Kontraktor

PT KONTAK PERKASA FUTURES - Malindo Air, maskapai penerbangan milik Lion Group, mengonfirmasi bahwa dua mantan karyawan kontraktor e-commerce pemesanan tiket merupakan penyebab kebocoran data penumpang Malindo Air dan Thai Lion Air.
Sebagaimana Tekno Liputan6.com kutip dari Reuters, Senin (23/9/2019), Malindo Air menyebut, "ada dua mantan karyawan e-commerce penjualan tiket GoQuo di pusat pengembangan data di India yang mengakses dan mencuri data penumpang kami."
Kebocoran data tersebut telah dilaporkan kepada pihak kepolisian Malaysia dan India. Malindo Air juga menekankan bahwa kebocoran ini tidak terkait dengan keamanan arsitektur data milik penyedia layanan cloud mereka, Amazon Web Servive.
Selain itu, Malindo Air menegaskan tidak ada informasi finansial penumpang yang turut bocor.
Sebelumnya, maskapai tersebut mengonfirmasi soal kebocoran data para penumpangnya pekan lalu. Konfirmasi ini diberikan setelah perusahaan keamanan siber Kaspersky Lab melaporkan, ada setidaknya tiga puluh juta data pribadi penumpang Malindo Air dan ThaiLion Air yang diunggah ke forum daring.
Kaspersky mengatakan, sebagian data pribadi milik penumpang kedua maskapai milik Lion Group itu dijual di dark web.
Sebelumnya saat memberi keterangan pers kepada media, Lion Group menyebut perusahaannya jadi korban dalam kasus kebocoran data penumpang Malindo Air dan Thai Lion Air. 
Segera setelah informasi mengenai kebocoran data ini diketahui, pihak Lion Group langsung mengambil langkah hukum, dengan melaporkan kasus ini ke otoritas Malaysia.
Lion Group datang sebagai perusahaan yang mengadukan adanya kebocoran data dan menyebut dirinya jadi korban kasus ini.
"Kami sebagai korban yang melaporkan kasus ke otoritas. Karena kami sudah bekerja sama dengan pihak ketiga, sudah membuat MoU, non-disclossure agreement dengan pihak ketiga, kok tiba-tiba muncul viral (ada data bocor). Ini kan pasti publik bertanya kepada kami," kata Daniel.
Untuk itu, Lion Group meyakinkan kepada masyarakat bahwa kebocoran data pelanggan ini telah dilaporkan.
"Makanya, kami bicara bahwa kami merupakan victim dalam hal ini," ujar Daniel.
Penyedia layanan penyimpanan cloud Amazon Web Service (AWS) angkat bicara terkait dengan kebocoran data penumpang dua maskapai di bawah Lion Group.
Mengutip laman ZDNet, Sabtu (21/9/2019), AWS Singapura menyebut, seluruh server yang berisi data penumpang Malindo Air sudah aman "tanpa kerentanan lebih lanjut."
AWS juga menyebut, "Tidak ada informasi pembayaran yang bocor."
Konfirmasi dari AWS ini menyusul berbagai laporan yang menyebut adanya kebocoran data personal milik 21 juta penumpang Malindo Air dan Thai Lion Air.
Sementara itu, sebelumnya Lion Group menyebutkan, konsultan forensik dan data juga telah telah ditunjuk untuk menilai infrastruktur keamanan data secara keseluruhan dengan fokus pada perlindungan data penumpang di semua platform.
(Tin/Why)

Thursday, September 19, 2019

Karyawan Facebook Bunuh Diri di Kantor Pusat

KONTAK PERKASA FUTURES -  Seorang karyawan Facebook dilaporkan tewas bunuh diri di kantor pusat perusahaan di Menlo Park, California, Amerika Serikat (AS). Pihak kepolisian Menlo Park telah mengonfirmasi kabar tewasnya karyawan tersebut.
Dikutip dari CNBC, Jumat (20/9/2019), seorang pria lompat dari lantai empat di sebuah gedung di kampus Facebook. Ia meninggal dunia di tempat kejadian.
"Ketika Menlo Park Officer dan Menlo Park Fire Protection District tiba di tempat kejadian, korban sudah tidak merespons. Paramedis mencoba memberikan bantuan, tapi tidak bisa menyelamatkan korban," ungkap Menlo Park Police Department pada Kamis (19/9/2019).
Penyelidikan awal mengindikasikan tidak ada tanda-tanda kekerasan pada korban. Sehingga, sejauh ini korban diyakini meninggal dunia akibat bunuh diri.
Pihak Facebook mengungkapkan kematian karyawannya tersebut pada Kamis sore. Raksasa jejaring sosial itu menyampaikan duka cita mereka.
Selain itu, perusahaan juga akan bekerja sama dengan kepolisian dalam proses penyelidikan kasus bunuh diri tersebut.
"Kami bekerja sama dengan polisi dalam penyelidikan mereka, dan memberikan dukungan kepada para karyawan. Keluarganya sudah diberitahu, tapi kami tidak memiliki informasi lain yang bisa dibagikan. Kami berharap dapat memberikan informasi baru ketika ada informasi tambahan dari aparat penegak hukum," ungkap juru bicara Facebook dalam pernyataannya.
(Din/Isk)